Kualitas Air
Kualitas Air
1. Pengertian Kualitas Air
Kualitas
air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat
dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi
parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis(Masduqi,2009).
Menurut
Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan
adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai
kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar
kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.
2. Hubungan Antar Kualitas Air
Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik dalam media luar maupun dalam tubuh ikan. Suhu
makin naik, maka reaksi kimia akan ssemakin cepat, sedangkan
konsentrasi gas akan semakin turun, termasuk oksigen. Akibatnya, ikan
akan membuat reaksi toleran dan tidak toleran. Naiknya suhu, akan
berpengaruh pada salinitas, sehingga ikan akan melakukan prosess
osmoregulasi. Oleh ikan dari daerah air payau akan malakukan yoleransi
yang tinggi dibandingkan ikan laut dan ikan tawar.
Manurut
Anonymaus(2010), laju peningkatan pH akan dilakukan oleh nilai pH awal.
Sebagai contoh : kebutuhan jumlah ion karbonat perlu ditambahkan utuk
meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak apabila awalnya 6,3
dibandingkan hal yang sama dilakukan pada pH 7,5. kenaikan pH yang akan terjadi diimbangi oleh kadar Co2 terlarut dalan air. Sehingga, Co2 akan menurunkan pH.
3. Parameter Kualitas Air
3.1 Parameter Fisika
a) Kecerahan
Kecerahan
adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis
pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya
tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula
sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut
Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan
kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk
tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity)
air. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui
sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air,
lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang
paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau
jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya.
b) Suhu
Menurut
Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian
dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat
dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam
laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan
dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air
dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor
metereolohi yang berperan disini adalah curah hujan, penguapan,
kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari.
Suhu
mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran
organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu
perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan
dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan
menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi
dan Andi,2009).
3.2 Parameter Kimia
a) pH
Menurut
Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari
jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri
dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+
makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9
sangat memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu,
dimana air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun
hingga mencapai 4.
pH
air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat
membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan
oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen
menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini
sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha
budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan
kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan Andi,2009).
b) Oksigan Terlarut / DO
Mnurut
Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu,
makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut,
oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni
dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan
berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat
memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk
kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen diperlukan
untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk energi
yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.
Oksigen
yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air.
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila
ketersediaannya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya,
maka segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan
mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang terandung pada metabolisme
ikan(Kordi dan Andi,2009).
C) CO2
Karbondioksida
(Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik
maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun
peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun
kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu
secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi
dan Andi,2009).
Meskipun
presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana
karbondioksida memiliki kelarutan yang relatif banyak.
d) Amonia
Makin
tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat, sebab
sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul
(NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam
bentuk molekul dapat bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+
(Kordi dan Andi,2009).
Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi amonia oleh ikan
dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan bisa
diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan-
protein ikan) dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :
Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)
Keterangan : NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto
Protein : protein dalam pakan
6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.
e) Nitrat nitrogen
Menurut
Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae memanfaatkan
senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen yang
berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen
(organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan konsentrasinya
lambat laun akan berubah bila didalamnya ada faktor yang mempengaruhinya
sehingga antara lain akn menyebabkan suatu permasalahan tersendiri
dalam perairan tersebut.
Menurut
Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak
terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen
tinggi pada kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan.
Nitrogen juga mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik
nitrogan umumnya dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan
pada perairan yang planktonya blooming dapat meningkat menjadi 2-3
mg/liter.
f) Orthophospat
Menurut
Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia bagi
tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan
pasti. Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah : konsentasi
ortophospate yang biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang
melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam,
pada awalnya tinggi orthophospat yang terlarut dalam air dan konsentrasi
akan turun dalam beberapa hari setelah perlakuan.
Menurut
Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biolagi
yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada
kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara
lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami
terdapat sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.
4. Kualitas Air yang Baik
Menurut O-fish (2010), ada lima syarat utama kualitas air yang baik untuk kehidupan ikan :
· Rendah kadar amonia dan nitrit
· Bersih secara kimiawi
· Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang memadai
· Rendah kadar cemaran organik
· Stabil
Apabila
persyaratan tersebut diatas dapat dijaga dan dipelihara dengan baik,
maka ikan yang dipelihara mampu memelihara dirinya sendiri, terbebas
dari berbagai penyakit, dan dapat berkembang biak dengan baik.
Menurut Agromedia(2007), air yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air bersih yang
berasal dari sungai, air hujan, dan air sumur. Pemanfaatan sumber air
harus harus dikelola dengan baik terutama kualitas dan kuantitas.
Kualitas air sangat mendukung pertumbuhan lele dumbo. Oleh karena itu,
aor yang digunakan harus banyak mengandung zat hara, serta tidak
tercemar olah racun dan zat rumah tangga lainnya.
5. Efek Kualitas Air
Air dari alam atau natural water
secara foundamental akan berbeda kondisinya dengan air dari tempat
budidaya, terutama sistem tertutup yang menggunakan akuarium atau bak,
berdasarkan sifat kimia maupun biologi. Jumlah ikan ditempat budidaya
umumnya jauh lebih banyak dibandingkan jumlah air. Akibatnya, material
hasil metrabolisme yang dikeluarkan ikan tidak dapat mengurai seimbang.
Artinya, waktu penguraian metabolit secara alami tidak mencukupi karena
jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu, air tidak dapat atau sulit
kembali menjadi baik dan cenderung menghasilkan substannsi atau bahan
metabolit yang berbahaya bagi ikan(Lesmana,2001).
Menurut
O-fish(2010), kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi
air yang dikaitkan dengan suatu kagiatan atau keperluan tertentu. Dalam
lingkup akuarium, kulitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan
atau cemaran yang terkandung dalam air dalam kaitannya untuk menunjang
kehidupan ikan dan kondisi ekosstem yang memadai.
Menurut Susanto(2002), suatu limbah
yang mengandung beban pencemar masuk ke lingkungan perairan dapat
menyebabkan perubhan kualitas air. Salah satu efeknya adalah menurunya
kadar oksigen terlarut yang berpengaruh terhadap fungsi fisiologis
organisme akuatik. Air limbah memungkinkan mengandung mikroorganisme
patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang dapat menyebabkan
penyakit infeksi dan tersebar ke lingkungan